Cuci Ulang Berkah

Gemini Generated Images


Contradixie, Cerpen – Beberapa langkah keluar dari gerbang Kafe di Gandok, ia disambut Juru Parkir. Dengan perawakan agak besar, Juru Parkir menyapanya dan bertanya hendak ke mana ia pulang sambil bersiap-siap untuk menata sepedah motornya agar bisa ia gunakan langsung. 

"Arah Selatan, Mas," katanya sambil melepaskan uang 2000 untuk Juru Parkir. 

"Matur nuwun, Mas. Atos-atos," balas Juru Parkir. 

Ia menyalakan mesin motor dan reteng kiri. Selain untuk memberi tanda ingin belok kiri, ia memakai reteng ini sebagai ganti lampu depan Motor Supra tahun 2000-nya yang sudah satu bulan mati.

Di tengah perjalanan pulang, di Jalan Imogiri Barat (Jalimbar), ketika hendak belok kanan ke arah Widoro, untuk sejenak ia melihat Warung Bakmi Jowo Handayani Pak Budi yang tadi ia makan malam di situ sebelum ngopi

Ia mendadak marem mendapati di warung itu masih ada tiga pelanggan yang ngandok. "Wah, padahal sudah tengah malam. Pelanggan masih ada." Ia membatin.

Ia tersenyum sendiri. Meyakinkan dirinya kembali bahwa masih adanya pelanggan di warung tersebut hingga larut malam berhubungan dengan dirinya yang tadi selepas Maghrib ngandok di situ. 

Bagaimana tidak, katanya dalam hati, ketika dia tiba di situ, hanya ada sejoli orang tua yang menikmati Nasi Goreng dan Magelangan. Namun, ketika dia datang, memesan Nasi Godok, duduk, dan melahapnya, orang-orang berdatangan. 

Pertama, dua orang perempuan dengan satu anak. Mereka memesan Nasi Goreng Campur dua, air es, teh hangat, dan es jeruk untuk si anak. Mereka makan di tempat, tepat di belakangnya, menempati meja yang dipakai sejoli orang tua di awal. 

Kedua, sepasang kekasih dengan motor PCX tahun 2021 warna merah. Ia tidak memperhatikan menu apa yang dipesan, tapi yang jelas dibungkus. 

Selang beberapa menit, muncul pelanggan ketiga. Laki-laki berwajah Arab, tapi bahasa yang digunakan Jawa Alus. Ia memesan Nasi Goreng Anyep atau nasi goreng tanpa lombok.

Keempat, datang lagi ibu-ibu lumayan muda dan suaminya. Parfumnya menguar. Mereka datang dari seberang jalan. Sepertinya bukan orang daerah sini. Awal masuk ke warung, mereka bingung bagaimana cara memesan. Bingung juga harus duduk di mana. Sebab, kursi-kursi untuk pelanggan yang mau membungkus pesanan sudah nyaris penuh. 

Akhirnya mereka duduk pas di depannya, tepat bersamaan dengan Nasi Godoknya habis. Ia merasa, mereka rada canggung karena tiba-tiba duduk di depannya, yang sebab ini, ia memutuskan untuk bergegas membayar dan pergi ngopi

Begitulah pikirannya tertambat pada Warung Bakmi Jowo sepanjang perjalanan pulang, hingga ia dikagetkan dengan adanya beberapa Banser di perempatan Dobalan yang membawa lampu parkir. 

"Monggo, Pak." Bawah sadarnya beruluk salam. 

"Sepertinya," ia membatin, "ada acara konser habib di sekitar Dobalan, sehingga ada Banser yang menjaga, tapi kok sepi ya. Apa aku perlu datang ke sana biar orang-orang berdatangan?" –zv



 

Comments

Popular Posts